Selasa, 27 November 2012

Islam Tradisional Indonesia - TAHLILAN


Tahlilan 40 Hari Pak Harto
TAHLILAN merupakan salah satu
Warisan Budaya Umat Islam
di Bumi Nusantara.
Salah satu efek positif dari Tahlilan itu sendiri adalah terjalin kuatnya Ukhuwah Islamiyah antar tetangga, atau bahkan antar kampung.




Sebenarnya acara Tahlilan semacam ini telah lama menjadi pro dan kontra di kalangan umat Islam. Sebagai muslim sejati yang selalu mengedepankan kebenaran, semua pro dan kontra harus dikembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Sikap seperti inilah yang sepatutnya dimiliki oleh setiap insan muslim yang benar-benar beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Bukankah Allah SWT telah berfirman (artinya):
“Maka jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Ar-Rasul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa’: 59)



WAKTU PELAKSANAAN TAHLILAN

Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah meninggal, biasanya dilakukan pada hari pertama kematian sampai dengan hari ke-tujuh, selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-satu tahun pertama, kedua, ketiga dst. Dan ada juga yang melakukan pada hari ke-1000. Dalam upacara dihari-hari tersebut, keluarga si jenazah mengundang orang untuk membaca beberapa ayat dan surat Al-Quran, Tahlil, Tasbih, Tahmid, Shalawat dan Do'a. Pahala bacaan Al-Quran dan Dzikir tersebut dihadiahkan kepada si jenazah.



PENGERTIIAN TAHLILAN

TAHLIL secara bahasa adalah bacaan kalimat Thayyibah (لا إله إلا الله) namun kemudian kalimat tahlil menjadi sebuah istilah untuk rangkaian acara dan upacara ritual memperingati hari kematian yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Berupa bacaan beberapa Dzikir, Al-Qur’an dan doa tertentu yang dibacakan untuk mendoakan orang yang sudah mati. Dari sekian materi yang bacaanya terdapat kalimat Tahlil yang diulang-ulang, maka acara tersebut biasa dikenal dengan istilah TAHLILAN.

Tahlilan biasanya dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh, selanjutnya dilakukan padahari ke-40, ke-100, ke-1 tahun pertama, kedua dan ketiga dan seterusnya. Dan ada juga yang melakukannya hingga pada hari ke-1000. Dalam upacara di hari-hari tersebut, keluarga si jenazah mengundang orang untuk membaca beberapa ayat dan surat Al-Quran, Tahlil, Tasbih, Tahmid, Shalawat dan Do'a. Pahala bacaan Al-Quran dan Dzikir tersebut dihadiahkan pada si jenazah.


ASAL MUASAL TAHLILAN

Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut berasal dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu.

Menurut kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme bila seseorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang ke rumah pada malam hari, mengunjungi keluarganya. Jika dalam rumah tersebut tidak ada orang ramai yang berkumpul-kumpul dan mengadakan upacara-upacara sesaji, seperti membakar kemenyan, dan sesaji terhadap yang ghaib atau ruh-ruh ghaib, maka ruh orang mati tadi akan marah dan masuk menyurup ke dalam jasad orang yang masih hidup dari keluarga si jenazah. Maka untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau masyarakat tidak tidur, membaca mantera-mantera atau sekedar kumpul-kumpul. Hal semacam itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam ketiga, ketujuh, 100, 1 tahun, 2 tahun, hingga malam ke-1000.

Adapun acara dan upacara itu kemudian menjadi tradisi budaya dalam masyarakat Indonesia, maka hal itu tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam pada abad ke-17. Dan lebih spesifik lagi adanya tradisi tersebut tidak terlepas dari proses Islamisasi masyarakat Jawa oleh para Wali/Sunan. Strategi para sunan untuk menyebarkan agama Islam menggunakan cara-cara yang halus dengan tujuan agar proses Islamisasi tidak menyakiti orang Jawa sehingga kepercayaan tersebut dirubah sedikit demi sedikit, salah satunya adalah melalui pendekatan tradisi.

Pada waktu Wali Songo tidak menentang tradisi Hindu yang telah mengakar kuat di masyarakat, namun membiarkan tradisi itu berjalan hanya saja isinya diganti dengan nilai-nilai Islam, tradisi dulu bila ada orang mati maka sanak kerabat dan tetangga berkumpul di rumah duka yang dilakukan bukannya mendoakan si jenazah, malah begadang dan bermain judi atau mabuk-mabukan.

Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan upacara-upacara tersebut. Wali Songo tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, masyarakat dibiarkan tetap berkumpul namun acaranya diganti dengan mendoakan pada si jenazah, sedangkan bentuk upacaranya dialihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Sesaji diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk shodaqoh. Mantera-mantera digantikan dengan Dzikir, Doa dan bacaan-bacaan Al-Quran.

Pada perkembangan berikutnya tradisi seperti itu dilestarikan oleh para kyiai dari Nahdhatul Ulama (NU). Karena dakwah NU pada awalnya menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan Wali Songo, yakni dalam merekrut pengikut menggunakan pendekatan tradisi.

Sedangkan acara dan upacara seperti itu berakar di masyarakat Islam Nusantara tidak terlepas dari proses Islamisasi di Bumi Nusantara yang selain dibentuk melalui media seni yang digemari masyarakat. Ketika penyampaian ajaran Islam yang dianggap lebih tepat pada waktu itu adalah melalui media seni dalam upacara-upacara tradisi, seperti upacara tujuh bulanan, upacara kelahiran, kematian, hingga perkawinan yang semula berawal dari tradisi lama diwarnai budaya Islam dengan pembacaan Barzanji, Marhabanan, Shalawat, dan Tahlil.



DALIL YANG BERKENAAN DENGAN TAHLILAN

1. Dalil-dalil Al-Qur’an

Tentang sampainya hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia Terdapat banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyatakannya, baik ketika mereka masih hidup ataupun setelah meninggal dunia. 
Di antaranya adalah :
a. QS. Muhammad : 19
واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”.
Ayat tersebut menerangkan bahwa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan mendapatkan manfaat dari istighfar orang mukmin lainnya. Dalam tafsir Al-Khazin dijelaskan:
فى معنى الاية استغفر لذنبك اي لذنوب اهل بيتك (وللمؤمنين والمؤمنات) يعني من غير اهل بيتك وهذا اكرام من الله عز وجل لهذه الامة حيث امر نبيه ص م ان يستغفر لذنوبهم وهو الشفيع المجاب فيهم“makna ayat استغفر لذنبك adalah mohonlah ampunan bagi dosa-dosa keluargamu dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, artinya selain keluargamu. Ini adalah penghormatan dari Allah Azza wa Jalla kepada umat Muhammad, di mana Dia memerintahkan Nabi-Nya untuk memohonkan ampunan bagi dosa-dosa mereka, sedangkan Nabi Muhammad saw adalah orang yang dapat memberikan Syafa’at dan Do’anya diterima (Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 180).
b. QS Al-Nuh : 28
رب اغفرلي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولاتزد الظالمين الاتبارا
“Ya Tuhanku ! ampunilah aku, ibu-bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, serta semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dhalim itu selain kebinasaan”
Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa Nabi Nuh as, mendo’akan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan agar dosanya diampuni oleh Allah SWT.
c. QS Ibrahim : 40-41

رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء

ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya tuhanku kami, perkenankanlah do’aku (40) Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (41)”
Dalam menafsirkan ayat di atas Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi mengatakan :
وهذا دعاء للمؤمنين بالمغفرة والله سبحانه وتعالى لايرد دعاء خليله إبراهيم عليه السلام ففيه بشارة عظيمة لجميع المؤمنين بالمغفرة
“Ini merupakan do’a memohon ampunan kepada Allah SWT untuk orang-orang mukmin. Sementara Allah SWT tidak akan menolak do’a kekasih-Nya Ibrahim as. Dalam ayat tersebut terkandung satu kabar gembira yang besar bagi orang-orang mukmin dengan adanya ampunan dari Allah SWT berkat do’a nabi Ibrahim as.” (Tafsir Al-Khazin Juz IV hal 50).
d. QS Al-Hasyr : 10

والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفرلناولإخواننا الذين سبقونا بالايمان ولاتجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا

ربنا انك رءوف رحيم“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo’a, “Ya Tuhan kami, berilah ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang mati bisa mendapatkan manfa’at dari istighfar yang dibaca oleh orang yang masih hidup.
e. QS Al-Thur : 21
والذين امنوا واتبعتهم ذريتهم بايمان الحقنا بهم ذريتهم وماالتناهم من عملهم من شيئ كل امرئ بما كسب رهين
“Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka mengikuti merka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat apa yang dikerjakannya”
Mengenai ayat ini Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi memberikan penjelasan :
يعني الحقنا اولادهم الصغار والكبار بايمانهم فالكبار بايمانهم بانفسهم والصغار بايمان أبائهم فان الولد الصغير يحكم بإسلامه تبعا لأحد ابويه (الحقنا به ذرياتهم) يعني المؤمنين فى الجنة بدرجات أبائهم وان لم يبلغوا بأعمالهم درجات أبائهم تكرمة لأبائهم لتقر اعينهم هذا رواية عن ابن عباس
“Artinya kami menyamakan anak-anak mereka yang kecil dan yang dewasa dengan keimanan orang tua mereka yang dewasa dengan keimanan mereka sendiri, sementara yang kecil dengan keimanan orang tuanya. Keislaman seorang anak yang masih kecil diikutkan pada salah satu dari kedua orang tuanya. (kami menyamakan kepada mereka keturunan mereka) artinya menyamakan orang-orang mukmin di surga sesuai dengan derajat orang tua mereka, meskipun amal-amal mereka tidak sampai pada derajat amal orang tua mereka. Hal itu sebagai penghormatan kepada orang tua mereka agar mereka senang. Keterangan ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra” (Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 250).
Penjelasan yang sama dapat dilihat dalam Tafsir Jami’ Al-Bayan karya Ibnu Jarir Al-Thabari Juz 28 Hal 15.
Beberapa ayat dan penafsiran tersebut menjadi bukti nyata bahwa orang yang beriman tidak hanya memperoleh pahala dari perbuatannya sendiri. Mereka juga dapat merasakan manfaat amaliyah orang lain.

2. Dalil-dalil Al-Hadits

Kalau Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa orang mukmin dapat memperoleh manfaat dari amal orang lain , maka di dalam hadits Nabi Muhammad saw juga ada dan cukup banyak. Di antaranya adalah :
a. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra.
عن ابن عباس رضي الله عنه ان رجلا قال يارسول الله ان امي توفيت افينفعها ان تصدقت عنها ؟ قال نعم. فان لي مخرفا فاشهدك اني قد تصدقت به عنها
“Dari Ibnu Abbas ra, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “Wahai Rosulullah, ibu saya meninggal dunia. Apakah ia akan mendapatkan kemanfaatan jika saya bersedekah untuknya ?”, Nabi SAW menjawab, “Ya”. Laki-laki tersebut berkata, “Saya mempunyai kebun, saya mohon kepadamu wahai Rosulullah untuk menjadi saksi saya bersedekah atas nama ibu saya” (shahih al-Bukhari, 2563).
Hadits di atas menerangkan bahwa sedekah yang dikeluarkan oleh seseorang, pahalanya bisa sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Termasuk dalam kategori sedekah adalah bacaan tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Riyadlus Sholihin.
b. Hadits Riwayat Ma’qil bin Yasar RA.
عن معقل بن يسار أن رسول الله ص م قال ويس قلب القرأن لا يقرؤها رجل يريدالله تبارك وتعالى والدار الاخرة الا غفر له واقرءوها على موتاكم“Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar ra bahwa Rasulullah Muhammad bersabda, “Surat Yasin adalah intisari Al-Qur’an. Tidaklah seseorang membacanya dengan mengharap rahmat Allah SWT kecuali Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Maka bacalah surat Yasin atas orang-orang yang telah meninggal di antara kamu sekalian” (Musnad Ahmad bin Hambal, 19415)
Hadits di atas secara tegas menganjurkan membaca Al-Qur’an untuk orang yang yang telah meninggal dunia, karena yang dimaksud mautakum dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang telah diambil ruhnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Haula Khasaish Al-Qur’an.
قال محب الدين الطبري : المراد الميت الذي فارقته روحه, وحمله على المحتضر قول بلا دليل
“Syekh Muhibbuddin Al-Thabari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata mautakum dalam hadits tersebut adalah orang yang ruhnya telah terpisah dari jasadnya. Adapun pendapat yang mengartikan kata mautakum dengan “orang yang akan meninggal dunia” adalah pendapat yang tidak berdasar”.(Haula Khasaish Al-Qur’an, 44)
c. Hadits riwayat sayyidina Ali ra, yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Samarqandi, Al-Rafi’I dan Al-Daraquthni
عن علي رضي الله عنه, أنه عليه الصلاة والسلام قال : من مر على المقابر وقرأ قل هوالله احد احدى عشرة مرة ثم وهب اجرهاللأموات اعطي من الأجر بعدد الأموات
“Dari Ali ra, Rasulullah Muhammad saw bersabda. “Barang siapa berjalan melewati pemakaman, lalu membaca surat Al-Ikhlas sebelas kali dan menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur, maka ia akan diberi pahala sejumlah ahli kubur.” (diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Samarqandi Al-Qur’an 45)
d. Al-Khallal dari al-Sya’bi berkata :
كانت الانصار اذا مات لهم الميت اختلفوا على قبره يقرءون عنده القرأن
“Jika ada sahabat di kalangan Anshar meninggal dunia, mereka berkumpul di depan kuburnya sambil membaca Al-Qur’an”. (al-Ruh, 11)
Berdasarkan beberapa hadits serta amaliyah para sahabat di atas jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw menganjurkan membaca Al-Qur’an di atas kubur, lalu para sahabat mengerjakan anjuran Nabi Muhammad saw tersebut. Jadi tidak diragukan lagi bahwa bacaan Al-Qur’an atau amal ibadah lainnya dapat bermanfaat kepada jenazah. Sebab bila tidak ada manfaatnya, Nabi Muhammad saw tidak akan menganjurkan para sahabatnya melakukan sesuatu yang sia-sia, tidak ada guna dan manfaatnya.


3. Pendapat para ulama

Mayoritas ulama menyatakan bahwa jenazah dapat memperoleh manfaat dari usaha (amal orang yang masih hidup).
Kata Imam Al-Qurthubi :
كان الامام أحمد بن حنبل رضي الله عنه يقول اذا دخلتم المقابر فاقرءوا فاتحة الكتاب والمعوذتين وقل هوالله احد واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل اليهم
“Imam Ahmad bin Hambal ra, berkata : “Apabila kamu berziarah ke pemakaman, maka bacalah surat Al-Fatihah, Al-Mu’awwidzatain, dan surat Al-Ikhlas. Kemudian hadiahkan pahalanya kepada ahli kubur. Maka sesungguhnya pahala tersebut sampai kepada mereka”. (Mukhtashar Tadzkirat Al-Qurthubi, 25)
Dalam kitab Nihayah al-Zain disebutkan :
قال ابن حجر نقلا عن شرح المختار: مذهب أهل السنة ان للإنسان ان يجعل ثواب عمله وصلاته للميت ويصله
“Ibnu Hajar dengan mengutip Syarh Al-Mukhtar berkata: “Madzhab Ahlussunnah berpendapat bahwa seseorang dapat menghadiahkan pahala amal dan do’anya kepada orang yang telah meninggal dunia. Dan pahalanya akan sampai kepadanya”. (Nihayah Al-Zain, 193)
Ibnu Taimiyyah mengemukakan beberapa alasan mengenai sampainya hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kitab Tahqiq Al-Amal, 53-56 :
قال ابن تيمية, من اعتقد أن الإنسان لاينتفع الا بعمله فقد خرق الإجماع وذلك باطل من وجوه كثيرة
“Ibnu Taimiyyah berkata, “Barang siapa berkeyakinan bahwa manusia tidak dapat memperoleh manfaat kecuali dari amalnya sendiri, maka ia telah menentang ijma’. Hal itu batal karena beberapa hujjah sebagai berikut :
Manusia dapat memperoleh manfaat do’a orang lain, dan ini berarti memperoleh manfaat dari amal orang lain.
احدها أن الإنسان ينتفع بدعاء غيره, وهو إنتفاع بعمل الغير
Berdasarkan hadits dan ijma’ ulama, haji fardlu yang menjadi tanggungan jenazah dapat gugur dengan haji yang dilakukan walinya. Keterangan ini menunjukkan bermanfaatnya amal orang lain.
أن الحج المفروض يسقط عن الميت بحج وليه بنص السنة والإجماع, وهو انتفاع بعمل الغير
Tetangga yang baik dapat memberi manfaat ketika masih hidup atau setelah ia meninggal dunia seperti dijelaskan dalam atsar.
أن الجار الصالحة ينفع فى المحيا والممات كماجاء فى الأثر
Dalam kitab Nailul Author, Al-Syaukani mengutip syarah kitab Al-Kanz :
وقال فى شرح الكنز إن للإنسان ان يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة او قراءة قرأن او غير ذلك من جميع انواع البر ويصل ذلك الى الميت وينفعه عند أهل السنة
“Dalam syarah kitab Al-Kanz disebutkan bahwa seorang boleh menghadiahkan pahala perbuatan baik yang ia kerjakan kepada orang lain, baik berupa Sholat, Puasa, Haji, Shodaqoh, bacaan Al-Quran atau semua bentuk perbuatan baik lainnya, dan pahala perbuatan tersebut sampai kepada jenazah dan memberi manfaat kepada jenazah tersebut menurut ulama Ahlussunnah". (Nail Al-Author, Juz IV hal 142)
Setelah menjelaskan bahwa seluruh ulama telah sepakat tentang sampainya pahala bacaan Al-Quran atau Dzikir lainnya kepada Jenazah, Sayyid Alawi Al-Maliki, salah seorang guru besar di masjid Al-Haram pada zamannya berkata :
فان زعم احد انها حرام فقولوا له اين تحريمها فى كتاب الله او فى سنة رسول الله ص م واتلوا عليه “ولاتقولوا لما تصف السنتكم الكذب هذا حلال وهذا حرام لتفتروا على الله الكذب ان الذين يفترون على الله الكذب لا يفلحون”
وقولوا له ايضا ان زعمت انك مجتهد فليس اجتهادك اولى بالصواب من قول هؤلاء الأئمة الذين حكينا عنهم الإباحة مع ما يعضدهم من أذلة السنة النبوية, وان كنت مقلدا سقط الكلام معك والسلام
“Kalau ada orang menyangka bahwa hal tersebut (menghadiahkan pahala kepada orang mati) hukumnya haram, maka tanyakanlah kepadanya, “pada bagian manakah di dalam Al-Quran atau Hadits yang mengharamkan hal tersebut?” kemudian bacalah ayat yang artinya “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta” ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah SWT tiadalah beruntung”. (QS Al-Nahl, 116). Katakan juga kepadanya, “Kalau memang anda merasa sebagai seorang mujtahid, maka ijtihad anda tidak lebih benar dari ijtihad para Imam yang disebut di atas, yang berpendapat boleh menghadiahkan pahala kepada orang lain berdasarkan dalil yang kuat dari hadits Rasulullah saw. Namun jika anda masih dalam tingkatan muqallid, maka selesailah diskusi ini dengan anda”. (Faidlu Al-Khabir, 178)
Kemudian yang dimaksud dengan pendapat yang masyhur dari Imam Syafi’i tentang tidak sampainya bacaan Al-Qur’an kepada orang mati. Seperti yang dikatakan Muhammad Ahmad Abdissalam :
والمشهور من مذهب الشافعي وجماعة من أصحابه أنه لايصل الى الميت ثواب قراءة القرأن
“Menurut pendapat yang “Masyhur” dari madzhab Syafi’i, serta segolongan dari Ashab Al-Syafi’i (pengikut madzhab Syafi’i), bahwa pahala membaca Al-Quran tidak sampai kepada jenazah” (Hukmu Al-Qira’ah li Al-Amwat, 18-19)
Di kalangan Syafi’iyyah dalam menyimpulkan pendapat Imam Syafi’i ada beberapa istilah. Seperti Al-Shahih, Al-Azhhar, Al-Masyhur, Al-Rajih dan lain sebagainya, yang definisi istilah-istilah tersebut bisa dilihat pada kitab-kitab fiqih Syafi’iyyah. Sedangkan maksud pendapat Al-Masyhur dalam persoalan ini adalah apabila Al-Quran tidak dibaca di hadapan jenazah dan tidak diniatkan sebagai hadiah kepada orang yang meninggal dunia tersebut. Salah seorang tokoh Syafi’iyyah, Syekh Zakaria Al-Anshari Al-Syafi’i menerangkan :
إن مشهور المذهب اي فى تلاوة القرأن محمول على ما اذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو الثواب له او نواه ولم يدع
“Sesungguhnya pendapat yang masyhur (dalam madzhab Imam Syafi’i) mengenai pembacaan Al-Quran, adalah apabila tidak dibaca di hadapan jenazah, serta pahalanya tidak diniatkan sebagai hadiah, atau berniat tetapi tidak didoakan” (Hukm Al-Syari’ah Al-Islamiyah fi Ma’tam Al-Arba’in, 43).
Hal tersebut karena Imam Syafi’i sendiri berpendapat sunnah membaca Al-Qur’an di dekat jenazah. Imam Syafi’i berkata :
ويستحب ان يقرأ عنده شيئ من القرأن وان ختموا القرأن كله كان حسنا
“Disunnahkan membaca sebagian ayat Al-Quran di dekat jenazah, dan lebih baik lagi jika mereka (pelayat) membaca Al-Quran sampai khatam”. (Dalil Al-Falihin Juz VI hal 103)
Dan banyak riwayat yang menyatakan bahwa Imam Syafi’i berziarah ke makam Laits bin Sa’ad dan membaca Al-Qur’an di makam tersebut.
وقد تواتر أن الشافعي زار الليث بن سعد وأثني خيرا وقرأ عنده ختمة وقال أرجو أن تدوم فكان الأمر كذلك
“Sudah popular diketahui oleh orang banyak bahwa Imam Syafi’i pernah berziarah ke makam Laits bin Sa’ad. Beliau memujinya dan membaca Al-Qur’an sekali khatam di dekat makamnya. Lalu beliau berkata, “Saya berharap semoga hal ini terus berlanjut dan senantiasa dilakukan” (Al-Dakhirah Al-Tsaminah, 64).
Berdasarkan keterangan di atas menjadi jelas bahwa Imam Syafi’i juga berkenan menghadiahkan pahala kepada jenazah. Hanya saja harus dibaca di hadapan jenazah, atau di doakan pada bagian akhirnya kalau jenazah tidak ada di tempat membaca Al-Quran tersebut. Dengan kehendak Allah SWT pahala bacaan tersebut akan sampai kepada jenazah. (Al-Tajrid Li Naf’I Al-‘Abid Juz III hal 276).
Mengenai keharusan berdo’a setelah membaca Al-Quran atau Dzikir (Tahlil), bagi Imam Syafi’i itu merupakan satu syarat yang mutlak dilakukan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Rabi’ bahwa Imam Syafi’i berkata :
وأما الدعاء : فإن الله ندب العبادة اليه وامر رسوله ص م به فاذا اجاز ان يدعى للأخ حبا جاز ان يدعى له ميتا ولحقه أن شاء الله بركة ذلك مع أن الله واسع لأن يوفي الحي اجره ويدخل على الميت منفعته
“Tentang doa maka sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambanya untuk berdoa kepada-Nya, bahkan juga memerintahkan kepada Rasul-Nya. Apabila Allah SWT memperkenankan umat islam berdo’a untuk saudaranya yang masih hidup, maka tentu diperbolehkan juga berdoa untuk saudaranya yang telah meninggal dunia. Dan barokah do’a tersebut insya Allah akan sampai. Sebagimana Allah SWT Maha Kuasa memberi pahala bagi orang yang hidup, Allah SWT juga Maha Kuasa untuk memberikan manfaatnya kepada jenazah. (Diriwayatkan dari Al-Baihaqi dalam kitab Manaqib Al-Syafi’i Juz I hal 430).
Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi Muhammad saw, selalu membaca surat Al -Ikhlas pada setiap kali membaca Al-Fatihah, maka setelah Al-Fatihah maka ia membaca Al-Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat Al-Ikhlas setiap rakaatnya, ia jadikan Al-Ikhlas sama dengan Al-Fatihah hingga selalu berdampingan di setiap rakaat, maka orang mengadukannya pada Rasulullah saw, dan ia ditanya oleh Rasulullah saw : Mengapa kau melakukan hal itu?, maka ia menjawab : Aku mencintai surat Al-Ikhlas. Maka Rasulullah saw bersabda : Cintamu pada surat Al-Ikhlas akan membuatmu masuk sorga”. (Shahih Bukhari).

Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tersebut dari ajaran Rasulullah saw, ia membuat-buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al-Ikhlas, maka Rasulullah saw tak melarangnya bahkan memujinya.

Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh (Huffadh adalah Jamak dari Al-Hafidh, yaitu ahli hadits yang telah hafal 100.000 hadits (seratus ribu) hadits berikut sanad dan hukum matannya dan para Imam-imam mengirim hadiah pada Rasulullah Muhammad saw :
Berkata Imam Al-Hafidh Al-Muhaddits Ali bin Al-Muwaffiq ra : “aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw”.
Berkata Al-Imam Al-Hafidh Al-Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : “aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7x haji yang pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Al-Quran untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.
Ia adalah murid dari Imam Bukhari ra, dan ia menyimpan 70 ribu masalah yang dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313 H.
Berkata Al-Imam Al-Hafidh Abu Ishaq Al-Muzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7x untuk Rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Al-Quran 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).


FADHILAH (KEUTAMAAN) MEMBACA SURAT YASIN

Dalam beberapa penafsiran dijelaskan bahwa, surat yasin mempunyai banyak keutamaan-keutamaannya. Rasulullah Muhammad saw telah bersabda, “Bacalah Surat Yasiin karena ia mengandungi keberkahan, yaitu:
[1] Jika ada orang yang mempunyai hajat maka Allah akan mengabulkannya.
[2] Jika surat yasin dibaca waktu pagi maka Allah akan melindunginya sampai waktu sore.
[3] Jika surat yasin dibaca waktu malam maka Allah akan melindunginya sampai waktu pagi.
[4] Jika dalam ketakutan akan hilang perasaan takut.
[5] Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati dan hati Al-Quran itu ialah Yasin.
[6] Barang siapa membaca surat Yasin, niscaya Allah menuliskan pahalanya seperti pahala membaca Al-Quran sebanyak 10 sepuluh kali.
[7] Jika dibaca setiap hari dengan langgeng dapat menentramkan hati dan menjernihkan hati.
[8] Jika ada orang yang susah lalu membaca surat yasin maka Allah akan menghilangkan kesedihannya.
[9] Jika dibacakan kepada orang yang sakit, terhindar dari pada penyakitnya.
[10] Jika ada orang jahat yang meninggal kemudian dibacakan surat yasin, maka akan diringankan siksa kuburnya.
[11] Jika surat yasin dibacakan pada orang baik yang meninggal dunia, maka jiwanya menjadi lebih tenang di alam kubur.
[12] Dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. 

SURAT YASIIN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
يس (١) وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ (٢) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (٣) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٤) تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (٥) لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (٦) لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (٧) إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلالا فَهِيَ إِلَى الأذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ (٨) وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ (٩) وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (١٠) إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ (١١) إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ (١٢) وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ (١٣) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (١٤) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ (١٥) قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ (١٦) وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (١٧) قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ (١٨) قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (١٩) وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ (٢٠) اتَّبِعُوا مَنْ لا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٢١) وَمَا لِيَ لا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢٢) أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ (٢٣) إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢٤) إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ (٢٥) قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ (٢٦) بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ (٢٧) وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِينَ (٢٨) إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ (٢٩) يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٣٠) أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لا يَرْجِعُونَ (٣١) وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ (٣٢) وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ (٣٣) وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ (٣٤) لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ (٣٥) سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لا يَعْلَمُونَ (٣٦) وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ (٣٧) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (٣٨) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (٣٩) لاَ الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (٤٠) وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (٤١) وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ(٤٢) وَإِنْ نَشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلا صَرِيخَ لَهُمْ وَلا هُمْ يُنْقَذُونَ (٤٣) إِلاَ رَحْمَةً مِنَّا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (٤٤) وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٤٥) وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (٤٦) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٤٧) وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٤٨) مَا يَنْظُرُونَ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ (٤٩) فَلا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً وَلا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ (٥٠) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (٥١) قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (٥٢) إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ (٥٣) فَالْيَوْمَ لا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٥٤) إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (٥٥) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (٥٦) لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (٥٧) سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ (٥٨) وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ (٥٩) أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٦٠) وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (٦١) وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ (٦٢) هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٦٣) اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (٦٤) الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٦٥) وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ (٦٦) وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلا يَرْجِعُونَ (٦٧) وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلا يَعْقِلُونَ (٦٨) وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ (٦٩) لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ (٧٠) أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ (٧١) وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ (٧٢) وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ أَفَلا يَشْكُرُونَ (٧٣) وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ (٧٤) لا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ (٧٥) فَلا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (٧٦) أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (٧٧) وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (٧٨) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (٧٩) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (٨٠) أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ (٨١) إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (٨٢) فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٨٣)

DOA SETELAH MEMBACA SURAH YASIN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ إِنَّانَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ أَدْيَانَنَا وَأَنْفُسَنَاوَأَهْلَنَا وَأَوْلاَدَنَا وَأَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْئٍ أَعْطَيْتَنَا.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ فِي كَنَفِكَ وَأَمَانِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِى عَيْنٍ وَذِى بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّكُلِّ ذِى شَرٍّ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
اللَّهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلاَمَةِ وَحَقِّقْنَا باِلتَّقْوَى وَالإِسْتِقَامَةِ, وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاء.
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَأَوْلاَدِنَا وَمَشَايِخِنَا وَإِخْوَانِنَا فِي الدِّيْنِ وَأَصْحَابِنَا وَلِمَنْ أَحَبَّنَافِيْكَ وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ, وَارْزُقْنَاكَمَالَ الْمُتَابِعَةِ لَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا فِي عَافِيَةٍ وَسَلاَمَةٍ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Bismillahir rahmaanir rahiim. 
Allaahumma inna nastahfizhuka wanastaudi-‘uka adyaananaa wa-anfusanaa wa-ahlanaa wa-aulaadanaa wa-amwaalanaa wakulla sai-in a’thaitanaa.
Allahummaj-alnaa fii kanafika wa-amaanika wajiwaarika wa-‘iyadzika min kulli syaithaanin mariidin wajabbararin ‘aniidin wadzii ‘ainin wadzi baghyin wamin sarri kulli dzi syarrin innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir.
Allahumma jammilnaa bil-‘aafiyati wassalaamati wahaqqiqnaa bittaqaa walistiqaamati wa-a-‘idznaa min muujibaatin nadaamati innaka samii-‘ud du-‘aa’.
Allahummaghfirlanaa waliwaalidinaa wali-aulaadinaa wamasyaayikhinaa wali-ikhwaaninaa fiddiini wali-ashaabinaa wa-ahbaabina walimanahabbanaa fiika waliman ahsana ilaina walilmu’miniina walmu’minaati walmuslimiina walmuslimaati ya rabbal ‘alamiin.
Warzuqnaa kamaalal muttaaba-‘ati lahuu zhaahiran wabaathinan fii ‘aafiyatin wasalaamatin birahmatika ya arhamar raahimiin. Washallillahumma ‘alaa abdika warasuulika muhammadin wa-‘alaa aalihii washahbihii wasallim. 

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. 
Ya Allah, kami memohon perlindungan-Mu dan kami titipkan kepada-Mu agama kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta kami, dan segala sesuatu yang telah engkau berikan kepada kami.
Ya Allah jadikanlah kami selalu berada dalam penjagaan, pengamanan dan perlindungan-Mu dari (kejahatan) setan yang terkutuk, penguasa yang keji, orang-orang yang berniat aniaya dan dzalim, dan segala sesuatu yang bersifat jahat; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, hiasilah kami dengan kesehatan dan keselamatan; kuatkanlah ketaqwaan dan istiqamah kami; dan hindarkanlah kami dari segala penyebab kesesalan; sesungguhnya Engkau Maha Mendengar segala doa.
Ya Allah, Tuhan semesta alam, ampunilah (dosa) kami, orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami se-agama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang kami cintai, orang-orang yang mencintai dan berbuat baik kepada kami karena-Mu, orang-orang mukmin, dan kaum muslimin.
Ya Allah yang Maha Pengasih, anugerahkanlah kepada kami kesempurnaan dalam mengikuti (agama-Mu) secara lahir dan bathin, dalam keadaan sehat dan selamat dengan rahmat-Mu.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba dan utusan-Mu, Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya. 

BACAAN TAHLIL

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَاَلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ الفاتحة …
ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعَلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ الفاتحة …
ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا, خُصُوْصًا آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَلِمَنْ اجْتَمَعْنَا ههُنَا بِسَبَبِهِ الفاتحة …
لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَالله أَكْبَرُولله الحمد
, بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ . الله الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ . (x١)
لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَالله أَكْبَرُولله الحمد , بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ . وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ . وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ. (x١)
لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَالله أَكْبَرُولله الحمد , بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . اِِلَهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِى صُدُوْرِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ. (x١)
لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَالله أَكْبَرُ ولله الحمد , بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ . الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ . مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ . اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْـتَعِيْنُ . اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ . صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ . آمِين
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ .آلـمّ . ذلِـكَ الْكِتَـابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ . الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ . وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ . اُولئِكَ عَلَى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَاُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ .(البقرة : ٥-١)
وَاِلَهُكُمْ اِلهٌ وَّاحِدٌ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَُّحِيْمُ . اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةً وَلاَ نَوْمُ لَهُ مَا فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَ مَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُهُ السَّموَاتِ وَالاَرْض وَلاَيَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ (البقرة :٢٥٥)
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (البقرة :٢٥٦)
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (البقرة :٢٥٧)
للهِ مَا فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِ وِاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ فَيَغْفِرُلِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَالله عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِالله وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرًا نَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لاَ يُكَلِّفُ الله نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ.وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا (x٧),اَنْتَ مَوْلاَناَ فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ (البقرة :٢٨٦ ) 
اِرْحَمْنَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (x٧).رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. (هود : ٧٣)
إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُدْهِبَ عَنْكُمْ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا, إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّدِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.(الاحزاب : ٢٢) 
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ (x٧)
اللّهُمَّ صَلِّ افَْضَلَ الصَّلاَةِ عَلى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ َسَلِّمْ, عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
اللّهُمَّ صَلِّ افَْضَلَ الصَّلاَةِ عَلى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ َسَلِّمْ, عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
اللّهُمَّ صَلِّ افَْضَلَ الصَّلاَةِ عَلى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِالدُّجَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ َسَلِّمْ, عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
اللّهُمَّ صَلِّ افَْضَلَ الصَّلاَةِ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ السَّابِقِ لِلْخَلْقِ نُوْرُهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ظُهْرُهُ عَدَدَ مَنْ مَضَى مِنْ خَلْقِكَ وَمَنْ بَقِيَ ومَنْ سَعِدَ وَمَنْ شَقِيَ مِنْهُمْ. صَلَاةً تَسْتَغْرِقُ الْعَدَّ وَيُحِيْطُ بِالحَدِّ صَلاَةً لاَغَيَةَ لَهاَ وَلاَانْقِضَاءَ لَهَا وَلاَ انْتِهَاءَ لَهَا صَلاَتَكَ الَّتِى صَلَّيْتَ عَلَيْهِ صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِكَ وَبَقِيَّةً بِبَقَائِكَ وَعَلَى الِهِ وَاصْحَابِهِ كَذَالِكَ والْحَمْدُ للهِ عَلى ذَالِكَ. وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ.
وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ,
وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْل (ال عمران : ١٧٣)
نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْر(الانفال : ٤٠)
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باِللهِ الْعَلِّيِ الْعَظِيْمِ,
اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. (نوح : ٧١ )
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ (X ١١)
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الذِيْ لَا اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقََيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ. تَوْبَةً وَمَغْفِرَةً تَوْبَةً عَبْدِ مُؤْمِنٍ مَسِيْئٍ ظَالِمٍ لاَيَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَمَوْتًا وَلاَ حَيَاتًا وَلاَنُشُوْرًا.
مُْسْتَشْفِعًا اِلَى اللهِ تَعَالَى بِكِلْمَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَيْنِ اِلَى الرَّحْمَنِ 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم,
وَقُل ْرَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ ,وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (المؤمنون :٩٧ ٩٨)
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باِللهِ الْعَلِّيِ الْعَظِيْمِ
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ()وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا, لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا, وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (الفاتح :٣-١)
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ (التوبة : ١٢٨)
فَإِن تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (التوبة : ١٢٩)
وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَخَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا, وَاسْتَغْفِرُواللهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ (المزمل : ٢٠)
نَوَيْتُ تَقَرُّبًا اِلىَ اللهِ تَعَالَى, أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لاَاِلَهَ الاَّ اللهُ
لآ إِلهَ إلاَّ الله (حيّ موجود)
لآ إِلهَ إلاَّ الله (حيّ معبود)
لآ إِلهَ إلاَّ الله (حيّ باق)
لآ إِلهَ إلاَّ الله ( X۳۳)
لآ إِلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
لآ إِلهَ إلاَّ الله لآ إِلهَ إلاَّ الله (X ٢)
لآ إِلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ, اللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (X ٣)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سَبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (X ١١)
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ (X ٣)
الفاتحة

DOA SELAMAT :

Doa mohon diberi keselamatan lahir dan batin, di dunia maupun di akhirat, dan segala kebaikannya.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ َأللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَةِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . 

ASMA’UL HUSNA
Bacaan Asma’ul Husna untuk mohon perlindungan, keselamatan, dan mohon dikabulkannya segala hajat. 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
نَسْاَلُكَ يَا مَنْ هُوَ اللهُ الَّذِيْ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ
الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ ,الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيْمُ ,الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ الْحَكَمُ الْعَدْل, اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ الْحَلِيْمُ الْعَظِيْمُ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ الْعَلِىُّ الْكَبِيْرُ الْحَفِيْظُ الْمُقِيْتُ, الْحَسِيْبُ الْجَلِيْلُ الْكَرِيْمُ الرَّقِيْبُ الْمُجِيْبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيْمُ الْوَدُوْدُ الْمَجِيْدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيْدُ, الْحَقُّ الْوَكِيْلُ الْقَوِيُّ الْمَتِيْنُ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ الْمُحْصِيُّ الْمُبْدِئُ الْمُعِيْدُ الْمُحْيِى الْمُمِيْتُ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ, الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْأَخِرُ, الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالىِ الْمُتَعَالىِ الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّؤُوْفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُوالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ, الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِيُّ الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّوْرُ الْهَادِئ الْبَدِيْعُ الْبَاقِي, الْوَارِثُ الرَّشِيْدُ الصَّبُوْرُ 

BACAAN ISTIGHOSAH

الإستغـاثة
بسم الله الرحمن الرحيم
الفاتحة
1. أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ 11×
2. لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ 11×
3. لاَحَوْلَ وَلاَمَلْجَأَ وَلاَمَنْجَى مِنَ اللهِ اِلاَّ اِلَيْهِ 11×
4. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ 11×
5. يَا اللهُ يَاقَدِيْمُ 11×
6. يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ يَابَاسِطُ يَاجَلِيْلُ 11×
7. يَامُبْدِئُ يَاخَالِقُ 11×
8. يَاحَفِيْظُ يَانَصِيْرُ يَاوَكِيْلُ يَا أَللهُ 11×
9. يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ 11×
10. يَالَطِيْفُ 25×
11. أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا 11×
12. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِىْ أَدْرِكْنِيْ يَارَسُوْلَ اللهِ 11×
13. اللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ اْلخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ 3×
14. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَهْوَالِ وَاْلأَفَاتِ وَتَقْضِى لَناَ بِهَا جَمِيْعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيْرَاتِ فِى الحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ 3×
15. يَابَدِيْعُ 25×
16. يس 1x
17. اللهُ أَكْبَرُ (۳×) يَارَبَّنَا وَإِلَـهَنَا وَسَيِّدَنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى القَوْمِ الكَافِرِيْنَ ۳×
18. حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ القَيُّوْمِ الَّذِى لاَيَمُوْتُ أَبَدًا وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوءَ بِأَلْفِ أَلْفِ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ اْلعَظِيْمِ ۳×
19. الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ 3×
20. بِسْـمِ اللهِ مَا شَآءَ اللهُ لاَيَسُوْقُ الْخَيْرَ اِلاَّ اللهُ 1×
ِبسْـمِ اللهِ مَا شَآءَ اللهُ لاَيَصْرِفُ السُّوءَ اِلاَّ اللهُ 1×
بِسْـمِ اللهِ مَا شَآءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ 1×
بِسْـمِ اللهِ مَا شَآءَ اللهُ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ العَظِيْمِ 1×
21. سَأَلْتُكَ يَاغَفَّـارُ عَفْـوًا وَتَوْبَةً & وَبِالقَهْرِ يَاقَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلاً ۳×
فَهَبْ لِيْ يَاوَهَّابُ عِلْمًا وَحِكْمَةً & وَلِلرِّزْقِ يَارَزَّاقُ كُنْ لِيْ مُسَهِّلاً ۳×
22. يَاجَبَّارُ يَاقَهَّارُ يَاذَا البَطْشِ الشَّدِيْدِ، خُذْ حَقَّنَا وَحَقَّ المُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى عَلَيْنَا وَعَلَى اْلمُسْلِمِيْنَ ۳×
23. الفاتحة
24. التهليل بالإختصار


Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain.

Menghukum sesuatu hendaklah dibuat secara teliti dan tafsil melihat rupa bentuk sesuatu, bukan menghukum secara membabi-buta dan main pukul rata haram dan bid`ah dhalalah saja. Lihat dahulu keadaannya, bagaimana hendak dihukumkan haram jika ahli jenazah yang telah aqil baligh dengan rela hati tanpa terpaksa dan tidak merasa susah untuk mennerima para tetangga, sanak kerabat dan handai taulan untuk hadir ke rumah duka untuk berdoa buat si jenazah dan kemudian dihidangkan makanan yang kesemuanya diniatkan sebagai sedekah kepada si jenazah.

Yang ditentang oleh ulama-ulama kita ialah mereka yang menjalankannya dengan menyusahkan diri (memaksakan diri) hingga berhutang untuk menyiapkan berbagai hidangan untuk para pelayat) atau semata-mata menjalankan adat-istiadat atau lebih jahat lagi dengan niat pamer atau riak. Ini yang difatwakan oleh Sayyidi Ahmad Zaini dalam “I`anathuth – Tholibin”.
TAHLILAN DI INDONESIA SENANTIASA TETAP LESTARI HINGGA KINI, SEBAGAI BAGIAN DARI BUDAYA ISLAM NUSANTARA.
TAHLILAN YANG DIHARAMKAN OLEH PARA ULAMA INDONESIA, KHUSUSNYA PARA ULAMA NAHDLATUL ULAMA (NU) ADALAH TAHLIL YANG DILAKUKAN DENGAN MEMAKSAKAN DIRI HINGGA BERHUTANG, RIAK, DAN BUKAN DILAKUKAN KARENA SEMATA-MATA LILLAHI TA'ALA UNTUK KEBAIKAN SI JENAZAH.
MENGHUKUM HARAM SEGALA SESUATUNYA SECARA TOTAL, AMATLAH TIDAK WAJAR DAN TINDAKAN YANG TIDAK BIJAK.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar